Makalah analisa gula sintesis pada minuman

BAB II
TUJUAN PUSTAKA
1.1  Jenis-Jenis pemanis
Gula adalah suatu zat yang termasuk golongan karbohidrat dengan ciri khas punya rasa manis. Pemanis (gula) terbagi menjadi dua berdasarkan proses pembuatannya, yaitu gula alami dan gula sintesis (buatan).
1.1.1        Pemanis alami
Pada umumnya pemanis jenis ini dikenal dengan sebutan gula. Gula diperoleh dari tebu atau nira dengan suatu rantai proses industri yang cukup panjang. Gula tidak mengandung vitamin, tidak ada serat kasar, hanya sejumLah kecil mineral, akan tetapi mengandung kalori 394 KKal dalam 100 gram bahan. Macam-macam gula alami dalam bentuk kimianya, antara lain:
1.      Sukrosa (disakarida)
Contohnya: gula pasir, gula merah, gula kelapa, gula aren, gula batu. Biasanya digunakan pada minuman, makanan, dan  permen.
2.      Fruktosa (monosakarida)
Terdapat pada buah, madu, dan beberapa minuman ringan. Selain dikonsumsi secara langsung, kerap kali disertakan juga dalam berbagai jenis masakan, kue, dan minuman.
3.      Glukosa (monosakarida)
Contohnya: sirup jagung. Disertakan pada minuman dan makanan.
4.      Maltosa (disakarida)
Banyak terdapat dalam biji berkecambah.
5.      Laktosa (disakarida)
Gula yang terdapat pada susu dan produk susu.

1.1.2        Pemanis Buatan
Pemanis buatan adalah bahan pemanis yang dihasilkan melalui reaksi-reaksi kimia organis dilaboratorium yang tidak menghasilkan kalori. Menurut Undang-Undang No.7 tahun 1996 tentang Pangan, disebutkan bahwa setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan apa pun sebagai bahan tambahan pangan yang dinyatakan terlarang atau melampaui ambang batas maksimal yang ditetapkan. Dalam buku “The Additives Guide”, Dr. Christopher Hughes mengartikan bahwa pemanis adalah bumbu-bumbu pangan yang dapat memberikan rasa manis pada makanan.
Menurut SNI 01-6993–2004, pemanis buatan adalah bahan tambahan pangan yang dapat menyebabkan terutama rasa manis pada produk pangan yang tidak atau sedikit mempunyai nilai gizi atau kalori. Pada mulanya pemanis buatan diproduksi dengan tujuan komersil untuk memenuhi ketersediaan produk makanan dan minuman bagi penderita diabetes mellitus (kencing manis) yang harus mengontrol kalori makanannya. Gula merupakan pemasok kalori, dalam perkembangannya pemanis buatan mengalami diversifikasi fungsi. Kalangan pengusaha juga menggunakannya untuk meningkatkan rasa manis dan cita rasa pada produk–produk yang sudah mengandung gula (Syah, dkk. 2005).
            Menurut Cahyadi (2006), pemanis buatan (sintesis) yang ditambahkan kedalam bahan pangan mempunyai beberapa tujuan, diantaranya sebagai berikut:
1.      Sebagai bahan pangan bagi penderita diabetes mellitus karena tidak menimbulkan kelebihan gula darah. Pada penderita diabetes mellitus disarankan menggunakan pemanis buatan untuk menghindari bahaya gula. Dari tahun 1955 sampai tahun 1966 digunakan campuran siklamat dan sakarin pada pangan dan minuman pada penderita diabetes.
2.      Memenuhi kebutuhan kalori rendah untuk penderita kegemukan. Kegemukan merupakan salah satu faktor penyakit jantung yang merupakan penyebab utama kematian. Untuk orang yang kurang aktif secara fisik disarankan untuk mengurangi masukan kalori per harinya. Pemanis sintesis merupakan salah satu bahan pangan untuk mengurangi kalori.
3.      Sebagai penyalut obat. Beberapa obat mempunyai rasa yang tidak menyenangkan karena itu untuk menutupi rasa yang tidak menyenangkan dari obat tersebut biasanya dibuatkan tablet yang bersalut. Pemanis lebih sering digunakan untuk menyulut obat karena umumnya bias bersifat higroskopis dan tidak menggumpal.
4.      Menghindari kerusakan gigi. Pada pangan seperti permen lebih sering ditambahkan pemanis sintesis karena bahan permen ini mempunyai rasa manis yang lebih tinggi dari gula, pemakaian dalam jumLah yang sedikit saja sudah menimbulkan rasa manis yang dibutuhkan sehingga tidak merusak gigi.
5.      Pada industri pangan, minuman termasuk industri rokok, pemanis sintesis dipergunakan dengan tujuan untuk menekan biaya produksi karena pemanis sintesis ini selain mempunyai tingkat rasa manis yang lebih tinggi juga harganya relatif murah dibandingkan dengan gula yang diproduksi di alam.
Batas penggunaan maksimal beberapa jenis pemanis buatan pada produk minuman di berbagai Negara dapat dilihat pada table 2.1
Tabel 2.1 Batas Maksimal Penggunaan Pemanis Buatan Pada Produk Minuman (Beverages) di Indonesia, Uni Eropa, dan Amerika.
Jenis Bahan Pemanis
Batas Maksimum Penggunaan ( mg/kg )
Acesulfame-K
500
350
600
Aspartam
600
600
750
Sakarin
80/500*
80/100*
125
Siklamat
250/1000*
400
400**
*masing-masing sub kategori memiliki tingkatan yang berbeda.
**meskipun terdapat ketentuan batas maksimum penggunaan, namun di Amerika penggunaan siklamat masih dilarang
Sumber:           a. SNI 01–6993–2004
                        b. Lipinski (2002)
                        c. CAC/GL 03 – 1989
Dalam SNI 01-6993-2004 mengatur 10 jenis pemanis buatan. Dalam hal ini, batas maksimum penggunaan pemanis buatan dibuat per katagori pangan.
Tabel 2.1 Jenis BTP Pemanis Buatan beserta Nilai Kalori dan ADI
No.
Jenis BTP Pemanis Buatan
Nilai Kalori
ADI*
Mg/kg BB
Kkal/g
KJ/g
1
2
3
4


5

6

7
8
9
10
Alitam
Asesulfam-K
Aspartam
Isomalt


Laktitol

Maltitol

Neotam
Sakarin
Siklamat
Sukralosa
1,4
0
0,4
≥2


2

2,1

0
0
0
0
5,85
0
1,67
≥8,36


8,36

8,78

0
0
0
0
0,34
15
50
tidak dinyatakan karena termasuk Generally Recognized as Safe (GRAS)
tidak dinyatakan karena termasuk GRAS
tidak dinyatakan karena termasuk GRAS
2
5
11
15
*ADI: Acceptable Daily Intake (Asupan harian yang dapat diterima) yaitu istilah untuk menentukan jumLah maksimum suatu pemanis buatan yang dinyatakan dengan mg/kg berat badan yang dapat dikonsumsi setiap hari selama hidup tanpa menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan.

1.2  Minuman es serbuk
Minuman es serbuk merupakan salah satu jenis minuman ringan. Minuman es serbuk adalah produk pangan yang berbentuk butiran-butiran. Penggunaannya dengan melarutkan butiran-butiran halus tersebut dalam air dingin (es) sesuai kebutuhan.
1.      Bahan baku minuman es serbuk
Bahan baku minuman es serbuk yang biasa terdapat pada minuman es serbuk kemasan yang beredar dipasaran yaitu: serbuk jeruk, sukrosa, pengatur keasaman (asam sitrat dan Natrium sitrat).
2.      Proses pembuatan minuman es serbuk
Sebagian besar industri menggunakan teknologi spray drayer. spray drayer memunyai prinsip kerja dengan menyemprotkan atomizer. Cairan tersebut akan dilewatkan dalam aliran gas panas dalam tabung. Akibatnya air dalam tetesan bisa menguap dengan cepat dan yang tertinggal hanya serbuk atau bubuk yang kering (Anneahira, 2011).

1.3  Sakarin
Sakarin ditemukan secara tidak sengaja oleh Fanvlerg dan Remsen pada tahun 1987. Ketika pertama kali ditemukan sakarin digunakan sebagai pengawet, tetapi sejak tahun 1900 digunakan sebagai pemanis (Cahyadi, 2006). Dalam perdagangan dikenal dengan nama glucid, gucide, garantose, saccharimol, saccharol, dan sykosa. Secara umum, garam sakarin berbentuk Kristal putih, tidak berbau atau berbau aromatik lemah, dan mudah larut dalam air, serta berasa manis (SNI 01–6993–2004). Penggunaan sakarin tergantung dari intensitas kemanisan yang dikehendaki. Pada konsenstrasi tinggi, sakarin akan menimbulkan rasa pahit-getir (Nimbrah), hal ini disebabkan oleh kemurnian yang rendah dari proses sintetis (Winarno, 1991). Natrium sakarin didalam tubuh tidak mengalami metabolisme sehingga diekskresikan melalui urine tanpa perubahan kimia. Sakarin memiliki tingkat kemanisan relatif sebesar 300 sampai dengan 500 kali tingkat kemanisan sukrosa tanpa nilai kalori (SNI 01–6993–2004). Nilai kalori: 0 kkal/g atau setara dengan 0 kJ/g dan ADI (Acceptable Daily Intake): 5 mg/kg berat badan. ADI dapat diartikan batasan jumLah suatu bahan tambahan pangan yang dapat dikonsumsi per kg berat badan per hari seumur hidup tanpa suatu resiko. Batas maksimum penggunaan sakarin berdasarkan kategori minuman ringan serbuk (Misalnya: xylose, maple syrup, sugar toppings) yaitu 300 mg/kg (SNI 01-6993-2004).
Gambar 2.1 serbuk sakarin
Penggunaan sakarin biasanya dicampur dengan bahan pemanis lain seperti silakmat atau aspartam. Hal ini dimaksudkan untuk menutupi rasa tidak enak dari sakarin dan memperkuat rasa manisnya. Sebagai contoh: kombinasi sakarin dengan silakmat dengan perbandingan 1:3 merupakan campuran yang paling baik sebagai pemanis yang menyerupai gula dalam minuman (Cahyadi, 2006).
1.3.1        Peraturan Mengenai Penggunaan Sakarin
Dalam Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, serta SNI 01-6993-2004 telah disebutkan bahwa produk pangan yang menggunakan pemanis buatan harus mencantumkan jenis dan jumLah pemanis buatan dalam komposisi bahan atau daftar bahan pada label. Namun terdapat permasalahan di Indonesia yaitu belum ada standar ataupun peraturan mengenai batas maksimum penggunaan pemanis buatan yang dikombinasikan.
Table 2.3 Bahan pemanis yang diizinkan menurut SNI 01-6993-2004

1.3.2        Pengaruh sakarin terhadap kesehatan
Sakarin banyak dipakai sebagai pengganti gula pada penderita kencing manis atau untuk makanan yang berkalori rendah. Meskipun masih diperbolehkan sebagai pemanis bahan makanan di Amerika Serikat namun pemakaiannya sangat dibatasi (Luthana, 2008). Pada tahun 1971, satu penelitian yang dilakukan oleh Wisconsin Alumni Research Foundation (WARF) membuktikan bahwa sakarin tergolong pada zat penyebab kanker (Carcinogen). Dari 15 ekor tikus yang diberi sakarin 5% atau 7 ekor diantaranya menderita kanker pada kantung empedu setelah memakan sakarin dalam ransumnya selama 2 tahun (Wightman, 1977). Kemudian pada tahun 1977 Canda’s Health Protection Branch melaporkan bahwa sakarin bertanggung jawab terhadap terjadinya kanker kantung kemih. Sejak itu, sakarin dilarang digunakan di Kanada, kecuali sebagai pemanis yang dijual di apotik dengan mencantumkan label peringatan (Cahyadi, 2006).
Pernyataan ini didasarkan pada hasil penelitian lembaga tersebut yang menguji sakarin dengan menggunakan 200 tikus yang diberi makan sakarin sebanyak 5 % dalam ransumnya. 21 tikus menderita tumor pada kantung kemihnya. Pertumbuhan tumor ini lebih jelas lagi terlihat pada generasi kedua dari tikus-tikus penelitian tadi yang terjadi telah berkembang sejak Fetus dan pada awal kelahiran (Pines & Glig, 1977 dalam Djodjo Soebagyo dan Wiranda, 1996). Menurut Sinulingga (2011) penggunaan sakarin yang berlebihan dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia, antara lain meigran atau sakit kepala, kehilangan daya ingat, bingung, insomnia, iritasi, asma, hipertensi, diare, sakit perut, alergi, impotensi dan gangguan seksual, kebotakan, kanker otak dan kanker kantung kemih.
1.3.3        Struktur, sifat Fisika dan kimia sakarin
Sakarin adalah pemanis buatan yang memiliki struktur dasar Sulfinida Benzoat tidak menghasilkan kalori. Sakarin jauh lebih manis dibandingkan sukrosa dengan perbandingan rasa manis kira-kira 350 kali lebih tinggi dari kemanisan sukrosa (angka perbandingan ini berdasarkan nilai ambang batas) (Woodroof, 1974). Rumus molekul sakarin adalah C7H5NO3S dan gerak molekulnya 183,18. Sakarin memiliki struktur kimia terlihat pada gambar 2.2. berikut (Depkes RI, 1995).
Gambar 2.2 struktur kimia sakarin
            Sakarin sebagai pemanis buatan  biasanya dalam bentuk garam berupa kalsium, kalium, dan natrium. Sakarin dengan rumus kimia (C14H8CaN2O6S2.3H2O), (C7H4KNO3S.2H2O) dan (C7H4NaNO3S. 2H2O). Sakarin lebih stabil dalam bentuk garam sehingga sering dijumpai dalam bentuk garam natriumnya dengan struktur seperti terlihat gambar 2.3. berikut:
Gambar 2.3 gambar garam natrium sakarin
            Sakarin dalam perdagangan berbentuk Kristal putih, tak berbau, berasa manis dan bersifat larut dalam air. Apabila ada perubahan pada struktur kimianya dapat mengubah rasa suatu senyawa termasuk sakarin, yang semula rasanya manis dapat berubah menjadi pahit ataupun menjadi tidak berasa (Betler, 1966). Sifat sakarin terhadap temperatur:
1.      Tidak stabil pada pemanasan.
2.      Akan pahit bila melawan pemanasan.
3.      Pada temperatur sedang sampai tinggi bersifat meninggalkan rasa pahit atau rasa logam.
Sakarin mempunyai titik leleh pada suhu 225o C–228o C dan panas pembakaran sebesar 4,753 Kkal/gr (Perry, 1973). Kelarutan sakarin adalah sebagai berikut 1 gr sakarin dapat larut dalam 290 mL air pada suhu kamar atau dalam 250 mL air mendidih, 1 gr sakarin juga larut dalam 31 mL alcohol, 12 mL aseton, atau 50 mL Gliseron, sakarin mudah sekali larut dalam larutan alkali karbonat dan sedikit larut dalam clorofom maupun eter (Sinulingga, 2011).

1.4  Kromatografi Cairan Kinerja Tinggi (KCKT) atau High Performance Liquid Chromatography 

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) merupakan suatu metode kromatografi yang mampu memisahkan makromolekul, senyawa-senyawa ionik, produk-produk alam yang labil, senyawa polimerik dan kelompok-kelompok polifungsional yang memiliki berat molekul tinggi dengan cara penyarian berfraksi, penyerapan atau penukar ion yang menggunakan fase gerak yang interaktif dan fase diam padat/cair yang aktif, Firman K, dkk., Analisis pemanis sintetis ini menggunakan KCKT karena memiliki keunggulan dibandingkan dengan Kromatigrafi Cair lainnya yaitu cepat, daya pisahnya baik, peka dengan detektor unik, kolom dapat dipakai kembali, ideal untuk molekul besar dan ion, serta mudah memperoleh kembal.

                                     

1.4.1        Prinsip Dasar KCKT

Prinsip kerja KCKT adalah sebagai berikut: dengan bantuan pompa fasa gerak cair dialirkan melalui kolom ke detector. Cuplikan dimasukkan ke dalam aliran fasa gerak dengan cara penyuntikan. Di dalam kolom terjadi pemisahan komponen-komponen campuran. Karena perbedaan kekuatan interaksi antara solute-solut terhadap fasa diam. Solut-solut yang kurang kuat interaksinya dengan fasa diam akan keluar dari kolom lebih dulu. Sebaliknya, solut-solut yang kuat berinteraksi dengan fasa diam maka solute-solut tersebut akan keluar kolom dideteksi oleh detector kemudian direkam dalam bentuk kromatogram kromatografi gas. Seperti pada kromatografi gas, jumlah peak menyatakan konsentrasi komponen dalam campuran. Komputer dapat digunakan untuk mengontrol kerja sistem KCKT dan mengumpulkan serta mengolah data hasil pengukuran KCKT.

1.4.2        Instrumentasi Kromatografi Cairan Kinerja Tinggi
1)      Fasa Gerak
Fasa gerak dalam KCKT adalah berupa zat cair dan disebut juga eluen atau pelarut. Berbeda dengan kromatografi gas, KCKT mempunyai lebih banyak pilihan fasa gerak, dibandingkan dengan fasa gerak untuk kromatografi gas. Dalam kromatografi gas, fasa gerak hanya sebagai pembawa solute melewati kolom menuju detector. Sebaliknya dalam KCKT, fasa gerak selain berfungsi membawa komponen-komponen campuran menuju detector, fasa gerak dapat berinteraksi dengan solute-solut. Oleh karena itu, fasa gerak dalam KCKT merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan proses pemisahan.
Zat cair yang akan digunakan sebagai fasa gerak KCKT harus memenuhi beberapa persyaratan berikut:
a)      zat cair harus bertindak sebagai pelarut yang baik untuk cuplikan yang akan di analisis.
b)      zat cair harus murni sekali untuk menghindarkan masuknya kotoran yang dapat menganggu interpretasi kromatogram.
c)      zat cair harus jernih sekali untuk menghindarkan penyumbatan pada kolom.
d)     zat cair harus mudah diperoleh, murah, tidak mudah terbakar, dan tidak beracun.
e)      zat cair tidak kental.
f)       sesuai dengan detektor.
2)      Pompa
Pompa dalam KCKT dapat dianalogikan dengan jantung pada manusia yang berfungsi untuk mengalirkan fasa gerak cair melalui kolom yang berisi serbuk halus. Pompa yang dapat digunakan dalam KCKT harus memenuhi persyaratan :
a)      Menghasilkan tekanan sampai 600 psi (pons/in2)
b)      Keluaran bebas pulsa
c)      Kecepatan alir berkisar antara 0,1-10 mL/menit
d)     Bahan tahan korosi
3)      Penginjeksian Sampel
Berikut beberapa teknik pemasukan cuplikan ke dalam sistem KCKT :
1. Injeksi Syringe
Alat yang paling dulu dan paling mudah untuk memasukkan cuplikan adalah syringe. Syringe disuntikkan melalui septum (seal karet) dan untuk ini dirancang syringe yang tahan tekanan sampai 1500 psi. akan tetapi keterulangan injeksi syringe ini sedikit lebih baik dari 2-3 % dan sering lebih jelek. 
2. Injeksi ‘stop-flow’
Injeksi stop-floe adalah jenis injeksi syringe kedua tapi di sini aliran pelarut dihentikan sementara, sambungan pada ujung kolom dibuka dan cuplikan disuntikan langsung ke dalam ujung kolom. Setelah menyambungkan kembali kolom maka pelarut dialirkan kembali.
3. Kran Cuplikan
Jenis pemasukan cuplikan ini disebut juga loop dan paling banyak digunakan. Untuk memasukkan cuplikan ke dalam aliran fasa gerak perlu dua langkah: (a) sejumlah volume cuplikan disuntikkan ke dalam loop dalam posisi ‘load’, cuplikan masih berada dalam loop, (b) kran diputar untuk mengubah posisi ‘load’ menjadi posisi ‘injeksi’ dan fasa gerak membawa cuplikan ke dalam kolom. Loop dapat diganti-ganti dan tersedia berbagai ukuran volume dari 5 hingga 500μL. Dengan sistem pemasukan cuplikan ini memungkinkan memasukkan cuplikan pada tekanan 7000 psi dengan ketelitian tinggi. Juga loop mikro tersedia dengan volume 0,5 hingga 5 μL.
4. Kolom
Kolom KCKT biasanya terbuat dari stainless steel walaupun ada juga yang terbuat dari gelas berdinding tebal. Kolom utama berisi fas diam, tempat terjadinya pemisahan campuran menjadi komponen-komponennya.
5. Detector
Berbagai detector untuk KCKT telah tersedia, walaupun demikian detector harus memenuhi persyaratan berikut:
(1) cukup sensitive;
(2)stabilitas dan keterulangan tinggi;
(3) respon linear terhadap solute;
(4) waktu respon pendek sehinggatidak bergantung kecepatan alir;
(5)realibilitas tinggi dan mudah digunakan;
(6) tidak merusak cuplikan.

1.4.3        Cara Kerja KCKT
Mula-mula solven diambil melalui pompa. Solven ini dikemudian masuk ke dalam katup injeksi berbutar, yang dipasang tepat pada sampel loop. Dengan pertolongan mikrosiring, sampel dimasukan ke dalam sampel loop yang kemudian bersama-sama dengan solven masuk ke dalam kolom. Hasil pemisahan dideteksi oleh detector, yang penampakannya ditunjukan oleh perekam (pencatat = recorder). Tekanan solven di atur dengan pengatur dan pengukur tekanan. Pompa pemasuk solven pada tekanan konstan hingga tekanan kurang lebih 4500 psi dengan laju alir rendah, yakni beberapa milliliter per menit.
Rekorder menghasilkan kromatogram zat-zat yang dipisahkan dari suatu sampel.
Tahap pemekatan dengan ekstraksi solven dan penguapan untuk memperkecil volum sering kali diperlukan sebelum pengerjaan sampel dengan KCKT. Hal ini terutama sering dilakukan untuk analisis senyawa-senyawa hidrokarbon aromatic polisiklik (PAH) atau residu pestisida dalam makanan.
Gambar Rangkaian instrument KCKT

1.4.4        Kelebihan dan kelemahan KCKT
Banyak kelebihan metode ini jika dibandingkan dengan metode lainnya (Synder dan Kirkland, 1979; Jhonson dan Stevenson, 1978). Kelebihan itu antara lain:
1)      Mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran
2)      Mudah melaksanakannya
3)      Kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi
4)      Dapat dihindari terjadinya dekomposisi/kerusakan bahan yang dianalis
5)      Resolusi yang baik
6)      Dapat digunakan bermacam-macam detektor
7)      Kolom dapat digunakan kembali
8)      Mudah melakukan “sample recorvery”
Kekurangan metode analisis dengan KCKT antara lain:
1)      Larutan harus dicari fase diamnnya terlebih dahulu
2)      Mengetahui kondisi yang optimum antara pelarut, analit dan gradient elusi.
3)      Harganya yang mahal sehingga penggunaannya dalam lingkup penelitian sangat terbatas.

1.5   Perusahaan yang memproduksi minuman serbuk
1.5.1        Nutrisari
Nutrisari adalah merek minuman sari buah yang dimiliki oleh perusahaanNutrifood Indonesia. Minuman ini pertama kali diproduksi pada tahun 1979. Produk Nutrisari umumnya dijual dalam bentuk jus dalam kemasan 11 g hingga 200 g. Maskot Nutrisari adalah Si JerukProduk-produk Nutrisari dibagi menjadi beberapa ragam, yaitu:
·         American Sweet Orange
·         Florida Orange
·         Sweet Guava
·         Sweet Mango
·         Jeruk Manis dengan Jeruk Organik
·         Brazilian Sweet Orange
·         Mexican Lime Cucumber
·         Oriental Lychee Aloe Vera
·         Red Apple Fruit & Veggie
·         Australian Lime (NutriSari Hangat)

1.5.2        Jas Jus
Wings merupakan perusahaan penghasil produk-produk rumah tangga dan pemeliharaan kesehatan diri yang bermarkas di Jakarta dan SurabayaIndonesia Perusahaan ini didirikan pada 1949 dengan nama Fa Wings Pada tahun 1991 menjadi Wings Surya.
Wings menghasilkan produk antara lain toilet sabun, bedak dan bar deterjen, floorcleaners, pelembut kain, dan pembalut untuk market di seluruh Indonesia dan sekitarnya. Sedangkan pabrik ketiga P.T. Lionindo Jaya dibangun di Jakarta bersama-sama dengan Lion Corporation Jepang untuk memproduksi merek seperti Emeron, Halaman Satu, Ciptadent, dan Mama. Produk mereka termasuk shampoo, shower gel, produk perawatan kulit, pasta gigi, dan mencuci piring cair. Setelah lima tahun, merek ini berhasil menangkap pangsa pasar yang signifikan di Indonesia.
·         1949 - Ferdinand Katuari dan Harjo Sutanto mendirikan Fa Wings, memproduksi sabun colek skala home industri, melalui sistem door to door.
·         1950 - Sabun Mandi Wings mulai dipasarkan.
·         1971 - Membangun perusahaan sabun dan detergen merek Ekonomi.
·         1980 - Merek Wings Biru dan Dangdut dilepas ke pasaran. Mendirikan PT Unggul Indah Cahaya, produsen alkybenzene, bahan baku produk detergen, bersama beberapa inverstor.
·         1983 - Mendirikan PT Multipack.
·         1986 - Mengembangkan PT Petrocentral (intregasi vertical horizontal).
·         1989 - Terjun kebisnis keramik; PT Adyabuana Persada, merek Milan dan Hercules. Dan dibidang finance; Bank Ekonomi. Aliansi dengan Lion Corporation mendirikan PT Lionindo Jaya.
·         1997 - Meluncurkan Nuvo Gold.
·         1998 - Meluncurkan Daia saat Krismon.
·         1999 - Meluncurkan Jas Jus, Porcelain.
·         2000 - Meluncurkan Segar Dingin.
·         2001 - Mendirikan perusahaan sekuritas, EkoKapital.
·         2002 - Merambah property; Pulogadung Trade Center, bersama Djarum.
·         2003 - Meluncurkan Mie Sedaap.
·         2004 - Meluncurkan Enerjos.
·         2007 - Meluncurkan Ale-Ale.
·         2008 - Meluncurkan Tea Jus dan Kecap Sedaap.
·         2010 - Meluncurkan Teh Rio.
·         2012 - Meluncurkan Top Coffee.
·         2012 - Meluncurkan Floridina.

1.5.3        POP ICE

PT. Forisa Nusapersada yang beralamat di Jl. Bumi Mas II No.7 Kawasan Industri Cikupamas, Desa Talaga Cikupa-Tangerang 15710 adalah Perusahaan yang bergerak di bidang produksi minuman serbuk, dan lain sebagainya yang didirikan pada tahun 1995, dengan fokus untuk memproduksi dan memasarkan berbagai produk minuman, khususnya  dalam bentuk serbuk yang berkualitas dan diminati banyak oleh masyarakat baik lokal  maupun international. Saat ini, Forisa memiliki Kantor pusat yang terletak di Jakarta, dengan jaringan pemasaran produk yang tidak saja di lokal tapi juga meliputi berbagai Negara di dunia.

Selama beroperasinya, Forisa selalu berkomitmen bahwa apa yang akan dihasilkan oleh  perusahaan adalah karya inovasi perusahaan yang dipastikan akan memberikan kepuasan konsumen langsung. Wujud nyata dari komitmen ini terealisasi dengan hadirnya brand – brand solid seperti POP ICE, NUTRIJELL, SISRI.