PRODUKSI BIOETANOL DARI JERAMI PADI (ORYZA SATIVA L) DENGAN MENGGUNAKAN MIKROORGANISME

PRODUKSI BIOETANOL DARI JERAMI PADI (ORYZA SATIVA L) DENGAN MENGGUNAKAN MIKROORGANISME
Oleh :
Melika Simbolon (4112210006)
Jurusan Kimia, FMIPA, UNIMED

PENDAHULUAN
Meningkatnya jumlah penduduk telah meningkatkan kebutuhan sarana transportasi dan aktivitas industri yang berakibat pada peningkatan kebutuhan dan konsumsi bahan bakar minyak (BBM). Untuk memenuhi kebutuhan dan konsumsi BBM harus mencari sumber energi  alternatif yang terbarukan, alternatif tersebut adalah pemanfaatan jerami padi menjadi bioetanol. Kemajuan bidang teknologi menggerakkan masyarakat untuk memanfaatkan bahan-bahan yang  tidak bermanfaat menjadi produk baru yang bermutu. Salah satunya adalah memanfaatkan limbah jerami padi. Jerami
Bioetanol adalah etanol yang bahan utamanya dari tumbuhan dan umumnya menggunakan proses fermentasi dengan bantuan mikroorganisme. Etanol atau etil alkohol (C2H5OH) merupakan cairan tak berwarna dengan karakteristik antara lain mudah menguap, mudah terbakar, larut dalam air, terurai secara biologis (biodegradable), toksisitas rendah dan tidak menimbulkan polusi  udara yang besar bila bocor. Bioetanol memiliki kelebihan dibanding dengan BBM, diantaranya mengurangi emisi mesin, meningkatkan performa mesin, menstimulasi ekonomi, terbuat dari berbagai  bahan terbarukan dan ada kesetimbangan energi yang positif. Disamping itu, etanol juga lebih ramah lingkungan  dari pada  buster  oktan  yang  lain seperti  timah  dan  metil  tertier  butil  eter (MTBE).
Bahan baku untuk proses produksi bioetanol diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu gula, pati dan selulosa. Sumber gula yang berasal dari gula tebu, gula bit, molase dan buah-buahan dapat langsung dikonversi menjadi etanol. Sumber dari bahan berpati  seperti  jagung,  singkong,  kentang  dan akar tanaman harus dihidrolisis terlebih dahulu menjadi gula. Sumber selulosa yang berasal dari kayu, limbah pertanian, limbah pabrik pulp dan kertas, semuanya harus dikonversi menjadi gula dengan bantuan asam mineral
Proses  sintesis bioetanol meliputi perlakuan awal, hidrolisis, fermentasi dan distilasi. Bahan yang mengandung gula dapat langsung difermentasi, akan tetapi bahan yang mengandung pati dan selulosa harus dihidrolisis terlebih dahulu menjadi komponen yang sederhana. Hidrolisis yang paling sering digunakan untuk menghidrolisis selulosa adalah hidrolisis secara  asam.  Beberapa  asam  yang umum digunakan untuk hidrolisis asam antara lain adalah asam sulfat (H2SO4), asam perklorat dan HCl. Keuntungan dari penggunaan asam ini mengandung konversi gula hingga mencapai konversi 90%. Kemudian glukosa difermentasi dengan menggunakan bakteri atau ragi yang dapat mengkonversi gula menjadi bioetanol.
Bila dilihat dari jenisnya, maka terdapat beberapa jenis mikroorganisme yang banyak digunakan  dalam  proses  fermentasi  diantaranya adalah khamir, kapang dan bakteri, tetapi tidak semua mikroorganisme tersebut dapat digunakan secara langsung masih diperlukan seleksi untuk menjamin berlangsungnya proses fermentasi. Pemilihan  mikroorganisme  biasanya  didasarkan pada  jenis  substrat (bahan)  yang  digunakansebagai  medium,  misalnya  untuk  menghasilkan bioetanol digunakan khamir Saccharomyces cereviseae  untuk  mengoksidasi  alkohol  menjadi asam   asetat   digunakan   bakteri   Acetobacter. Seleksi   ini   bertujuan   untuk   mendapatkan mikroorganisme yang mampu tumbuh  dengan cepat  dan  mempunyai  toleransi  tinggi  terhadap konsentrasi  gula yang  tinggi.  Sehingga  dapat menghasilkan kadar bioetanol yang dikehendaki. Kadar etanol dalam ubi kayu sebesar 95,9%, kadar etanol  ini  dapat  tercapai  dengan  penambahan massa ragi (Saccharomyces cereviseae) sebesar 45 gr.
Ragi atau fermen merupakan zat yang menyebabkan fermentasi. Mikroorganisme  yang digunakan di dalam  ragi umumnya terdiri atas berbagai bakteri dan fungi (khamir dan kapang), yaitu Rhizopus, Aspergillus, Mucor, Amylomyces, Endomycopsis, Saccharomyces, Hansenulaanomala, Lactobacillus, Acetobacter, dan sebagainya. Ada tiga jenis ragi yang umum dikenal, yaitu ragi tapai yang berbentuk padatan bulat pipih berwarna putih, ragi roti berbentuk butiran, dan ragi   tempe   berbentuk   bubuk. Umumnya, mikroorganisme pada ragi dibiarkan tumbuh pada bahan pengisi berupa beras/tepung beras/bahan lain yang mengandung   karbohidrat   tinggi, kemudian dikeringkan. Ragi roti dan ragi tapai mengandung khamir yang  sama, yaitu saccharomyces cereviciae.  Bedanya,  ragi  tapai dibuat dengan menambahkan bumbu-bumbu dan mikroorganisme lain sehingga tidak hanya khamir tapi ada juga beberapa jenis bakteri lain.
Ada 2 jenis ragi yaitu:
1.      Ragi kering
Berbentuk butiran kecil-kecil dan bubuk halus. Jenis ragi yang butirannya halus dan berwarna kecokelatan ini umumnya digunakan dalam pembuatan roti.
2.      Ragi padat
Berbentuk bulat pipih, beraroma tajam dengan aroma alkohol yang sangat khas.

METODE PENELITIAN
Tahap-tahap pada produksi biotanol dari jerami padi yaitu, persiapan  bahan  baku  jerami  padi  jerami  padi  yang digunakan berasal dari varietas ciherang sebelum digunakan sebagai substrat, jerami padi terlebih dahulu dibersihkan dari sisa daun dan kotoran kemudian dijemur lalu dipotong ± 2 cm. selanjutnya, jerami dikecilkan ukurannya menggunakan disk mill kemudian dioven selama 1 jam serta diseragamkan ukurannya dengan ayakan 100 mesh. Kemudian dilakukan proses pretreatment dimana pada proses pretreatment dilakukan untuk merusak struktur lignoselulosa agar selulosa menjadi lebih mudah untuk dikonversi menjadi glukosa. Pretreatment dilakukan dengan menambahkan NaOH 0,5 N pada jerami padi berukuran 100 mesh dengan perbandingan 1:10 (10 gram jerami:100 ml NaOH 0,5 N) kemudian dipanaskan dengan microwave selama 40 menit. Sludge yang dihasilkan kemudian di keringkan pada suhu 105°C selama 24 jam. Bubuk jerami hasil pretreatment inilah yang dipakai dalam proses hidrolisis enzimatik.
Selanjutnya proses produksi enzim selulase dimana Enzim selulase diproduksi dari mikrofungi Trichoderma reseei dan Aspergillus niger. Dari hasil produksi tersebut diperoleh cairan enzim yang akan digunakan pada tahap hidrolisis enzimatik, dimana Jerami padi hasil pretreatment, diseragamkan ukurannya menjadi 100 mesh. Selanjutnya sebanyak 5 gram jerami ditimbang dan dimasukkan ke dalam beaker glass. Ditambahkan larutan buffer sitrat pH 5 sebanyak 50 ml dengan volume enzim sesuai perlakuan. Setelah itu, Perbandingan volume enzim Trichoderma reesei dan Aspergillus  niger ditambahkan  sesuai  perlakuan yaitu 1:0, 0:1, 1:1, 2:1, 1:2, 3:1, 1:3.  Selanjutnya, dimasukkan ke dalam waterbath shaker selama 72 jam dengan suhu 50°C dan kecepatan pengadukan 75 rpm (Sampel diambil sebanyak 2 ml setiap 8 jam selama 72 jam. Pada setiap pengambilan sampel, pengadukan dihentikan selama 1 menit untuk mengendapkan bubuk jerami.
Fermentasi etanol
Substrat fermentasi yaitu sirup gula dari jerami padi ataupun alang-alang sebanyak 100 ml dimasukkan dalam botol fermentasi, kemudian ditambahkan pupuk NPK dan ZA masing-masing sebanyak 0,04 g dan 0,15 g, pH cairan substrat diatur 4,8 menggunakan NaOH dan HCl kemudian  dipasteurisasi  pada  suhu 85 0C selama 5 menit  setelah  itu didinginkan hingga 30 0C. Sebanyak 10% volume substrat stater khamir Saccharomyces serevisiae yang sudah  disiapkan,  dimasukkan  ke dalam media fermentasi  berupa  substrat gula  dari  jerami  padi  dan  alang-alang dalam  kondisi  anaerob. Fermentasi  dilakukan pada suhu kamar selama 0, 3, 6 dan 9 hari. Hasil fermentasi kemudian dianalisa. Kemampuan fermentasi etanol oleh khamir S. cerevisiae dari ekstrak gula alang-alang dan jerami padi.
Proses fermentasi dilakukan dengan mengambil sebanyak 100 mL filtrat dari proses hidrolisis dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambah NaOH 6 M sampai pH menjadi  5. Kemudian ditambah dengan 6 gram ammonium sulfat dan 6 gram urea sebagai nutrisi. Selanjutnya di pasteurisasi pada suhu 80°C selama 15 menit lalu didinginkan. Ditambahkan ragi tape (Saccharomyces cereviseae) 7 gram dan variasi waktu fermentasi yaitu 5, 7, 9, 11 dan 13 hari.  Selanjutnya  dilakukan  inkubasi  dengan cara menutup rapat labu erlenmeyer pada suhu berkisar antara 27-30 0C. Kemudian disaring dan diambil filtratnya untuk proses distilasi.

HASIL PENELITIAN

Pada fermentasi glukosa ini digunakan ragi Saccharomyces cerevisiae, karena merupakan sumber mikroorganisme unggul yang digunakan dalam proses fermentasi dalam usaha menghasilkan etanol. Saccharomyces cerevisiae memerlukan media dan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Mikroba Saccharomyces cerevisiae memfermentasi glukosa menjadi etanol menggunakan jalur EMP. Adapun reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Skema jalur fermentasi alkohol oleh ragi

Kadar etanol jerami padi yang dihasilkan selama fermentasi oleh khamir S. cerevisiae pada hari ke  0, 3, 6 dan 9 adalah sebesar 0 %; 0,77%; 0,64 %; 0,37 %, sedangkan pada alang-alang adalah sebesar 0 %; 0,73 %; 0,64 %; 0,55%.  Hal ini terjadi karena pada hari tersebut, khamir mengalami peningkatan jumlah sel sebesar 16,10x107 pada substrat jerami  padi  dan 17,46x107 pada alang-alang. Peningkatan jumlah sel khamir diikuti peningkatan enzim  yang dihasilkan untuk merombak gula menjadi etanol. Kemampuan fermentasi etanol oleh khamir S. cerevisiae dari ekstrak gula alang-alang dan jerami padi Kadar etanol jerami padi yang dihasilkan selama fermentasi oleh khamir S. cerevisiae pada hari ke  0, 3, 6 dan 9 adalah sebesar 0 %; 0,77 %; 0,64 %; 0,37 %, sedangkan  pada  alang-alang  adalah sebesar 0 %;  0,73 %;  0,64 %;  0,55 %.
Perbandingan enzim selulase Aspergillus niger : Trichoderma  reseei = 1:2 dimungkinkan menghasilkan jumlah endo-1.4-β-D-glukanase dan ekso-β-1.4-glukanase  yang lebih banyak dibandingkan dengan perbandingan yang lainnya sehingga menghasilkan selobiosa yang banyak pula. Adapun penambahan Aspergillus niger yang menghasilkan β-glukosidase bereaksi memotong rantai selobiosa menjadi glukosa. Hal ini juga didukung oleh penelitian Eva Palmqvist, (1996) dalam Arias dkk (2008) yang menyatakan pada perbandingan pencampuran A.niger : T.reesei = 1:2 mampu menghasilkan endo dan eksoglukanase yang akan merubah  jerami  padi  menjadi  selobiosa  dengan  sedikit  penambahan  β-glukosidase  dari  A.niger  yang kemudian selobiosa beraksi dengan β-glukosidase untuk menghasilkan glukosa. Penambahan A.niger yang cukup  banyak  akan  menurunkan  konsentrasi  dari  glukosa  dikarenakan  selobiosa  yang  dihasilkan  sangat sedikit sehingga glukosa yang akan di hasilkan akan sedikit.
KESIMPULAN
1.      Pada Pemanfaatan  Enzim Selulase dari Trichoderma Reseei dan Aspergillus Niger sebagai Katalisator Hidrolisis  Enzimatik Jerami Padi dengan Pretreatment Microwave disimpulkan bahwa:
·         Enzim selulase yang dihasilkan dari mikrofungi Aspergillus niger dan Trichoderma reseei dapat dimanfaatkan sebagai katalis dalam proses hidrolisis enzimatik jerami padi dimana produk akhir yang dihasilkan berupa glukosa.
·         Kondisi operasi yang mempengaruhi proses hidrolisis adalah perbandingan enzim selulase  dari  Aspergillus  niger  dan  Trichoderma  reseei  serta  waktu  hidrolisis enzimatik.  Dimana  Kombinasi  perlakuan  terbaik     yaitu  pada  perbandingan 1 Aspergillus  niger : 2 Trichoderma  reseei  dengan  waktu  hidrolisis 64  jam menghasilkan glukosa sebesar 12.169 g/L.
2.      Pada Proses Fermentasi Hidrolisat Jerami Padi Untuk Menghasilkan Bioetanol  disimpulkan bahwa: Jerami padi yang banyak dianggap masyarakat  sebagai  limbah  pertanian  ternyata dengan  perlakuan khusus dapat dimanfaatkan sebagai bioetanol, yaitu energi alternatif dengan melibatkan bantuan mikroba ragi, sedangkan pada proses pemurniannya menggunakan distilasi vakum pada kondisi suhu set point 500 0C dan tekanannya 200 mmHg. Perlakuan akhir pada proses ini adalah menganalisa produk bioetanol yang dihasilkan dengan  menggunakan  alat  gas kromatografi.
3.      Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Produksi Bioetanol Dari Jerami Padi (Oryza Sativa L) maka dapat disimpulkan bahwa dihasilkan kadar glukosa terbanyak pada konsentrasi HCl 21 % dengan kadar glukosa 70,85 ppm. Kadar etanol paling banyak sebesar 6,405 % dengan waktu fermentasi 13 hari. Kromatogram senyawa etanol hasil fermentasi muncul pada waktu retensi 1,901 dan pembacaan pada Mass Spectroscopy muncul Mr senyawa etanol yaitu Mr = 46.
4.      Pemanfaatan Jerami Padi Dan Alang-Alang Dalam Fermentasi Etanol Menggunakan Kapang Trichoderma Viride Dan Khamir Saccharomycess Cerevisiae Etanol dapat dihasilkan dari jerami padi dan alang-alang melalui  proses fermentasi  secara  bertahap (tahap 1 fermentasi  gula  dengan  menggunakan kapang T. viride dan tahap 2 fermentasi etanol dengan menggunakan khamir S. cerevisiae). Kadar gula sederhana yang dihasilkan secara fermentasi oleh kapang T. viride lebih tinggi pada substrat jerami padi yaitu  sebesar 12%  dibandingkan  dari alang-alang yaitu sebesar 11,39 %. Jerami padi dan alang-alang  memiliki potensi  yang sama  sebagai  substrat dalam fermentasi etanol. Kadar etanol tertinggi yang dihasilkan secara fermentasi oleh khamir S.  cerevisiae pada jerami padi  adalah sebesar 0,77% dan alang-alang sebesar 0,73%.

DAFTAR PUSTAKA
Asyeni Miftahul Jannah. 2010. Proses Fermentasi Hidrolisat Jerami Padi Untuk Menghasilkan Bioetanol. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Bambang Dwi Argo, Rini Yulianingsih. 2013. Pemanfaatan Enzim Selulase Dari Trichoderma Reseei Dan Aspergillus Niger Sebagai Katalisator Hidrolisis  Enzimatik Jerami Padi Dengan Pretreatment Microwave. Jurusan Keteknikan Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya
Iris Mustika Sari, Noverita Dan Yulneriwarni. 2008. Pemanfaatan Jerami Padi Dan Alang-Alang Dalam Fermentasi Etanol Menggunakan Kapang Trichoderma Viride Dan Khamir Saccharomycess Cerevisiae. Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta
Endang Ariyani, Ersanghono Kusumo Dan Supartono. 2013. Produksi Bioetanol Dari Jerami Padi (Oryza Sativa L). Jurusan Kimia Fmipa Universitas Negeri Semarang
Puspita Wahyuningtyas. 2013. 1Studi Pembuatan Enzim Selulase Dari Mikrofungi Trichoderma reesei  Dengan Substrat Jerami Padi Sebagai Katalis Hidrolisis Enzimatik Pada Produksi Bioetanol. Jurusan Keteknikan Pertanian - Fakultas Teknologi Pertanian - Universitas Brawijaya